Jumat, 04 Juni 2010

Jumat, 04 Juni 2010 0



ISTANA MAIMOON

Berlokasi di Jl. Brigjen Katamso Medan (10 km dari bandara), Istana Maimun merupakan peninggalan Sultan Kerajaan Deli (jadi inget soto deli di deket kesawan, enak banget!!!)bernama Sultan Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah. pusat kerajaan deli ini didominasi dengan warna kuning (warna khas orang melayu) dan selesai dibangun tahun 1888 dengan arsitek berkebangsaan Italia. kalau diperhatikan, bangunan ini memiliki perpaduan antara budaya Islam dan Eropa, dengan beberapa material (seperti ubin dan marmer) yang memang langung diimpor dari Eropa. Bagunan terdiri dari 2 lantai dengan 3 bagian yaitu bangunan induk, sayap kiri dan sayap kanan. pengaruh budaya eropa agaknya cukup kental tertata di istana ini, dari mulai lampu, kursi, meja, lemari, jendela sampai pintu dorong. sedangkan pengaruh Islam dapat dilihat dari bentuk lengkungan (arcade) di bagian atap yang menyerupai perahu terbalik (lengkungan persia) yang biasanya dijumpai pada bangunan2 di kawasan timur tengah.

salah satu ruang yang ada di dalam bangunan adalah balaiurung. tempat ini biasa digunakan untuk upacara penobatan Sultan Deli dan tempat keluarga sultan sungkem2an di hari raya Islam. selanjutnya terdapat 40 kamar yang terdiri dari 20 kamar di lantai atas (tempat singasana sultan) dan lainnya di bagian bawah. tnyata dilantai bawah ada penjaranya jg lho.




Di komplek istana, kita bisa liat sebuah meriam yang agaknya dikeramatkan. meriam ini punya cerita. konon legendanya di jaman kesultanan Deli lama tinggallah seorang putri cantik bernama Putri Hijau. kecantikannya sempat membuat Sultan Aceh jatuh cinta dan hendak melamar tuk dijadikan permaisuri. namun lamaran tersebut ditolak kedua saudara laki2 sang putri. Sultan Aceh marah, dan timbullah perang antara kesultanan aceh dan deli. dengan kesaktiannya, seorang saudara sang putri menjelma menjadi ular tangga dan seorang lagi menjadi sepucuk meriam yang tidak pernah berhenti menembak tentara aceh (meriam ini yang skr ada di Istana Maimun). kesultanan deli lama mengalami kekalahan dan putra mahkota yang menjelma menjadi meriam meledak sebagian karena kecewa. ledakan itu konon melontarkan bagian belakang meriam sampai ke Labuhan Deli dan bagian depan ke dataran tinggi Karo. Sang putri kemudian ditawan, dimasukkan ke peti kaca dan dibawa ke aceh. sampai di Ujung Jamboe Aye membuat permintaan terakhir dengan upacara penyerahan beras dan telur sebelum peti diturunkan dari kapal. saat upacara dimulai, angin ribut berhembus, disertai gelombang laut yang sangat tinggi. dari dalam laut muncul saudara sang putri yang menjelma menjadi ular naga dan dengan rahangnya ia mengambil peti adiknya dan dibawa masuk ke laut.

ISTANA LIMA LARAS KERAJAAN MELAYU BATU BARA



‘Istana Niat’ Lima Laras kurang terawat

ASAHAN - "Istana Niat" yang berada di Desa Lima Laras, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara kurang mendapatkan perawatan sehingga kurang menarik kunjungan wisatawan.

Kondisi itu diperparah dengan buruknya prasarana transportasi menuju ke istana yang terletak tidak jauh dari pantai tersebut, kata tokoh masyarakat Batubara, Amrin Almy, tadi malam.

Amrin Almy menyatakan, kurangnya perawatan itu menyebabkan dinding dan tiang bangunan yang menjadi kebanggaan etnis Melayu Batubara tersebut banyak yang lapuk dimakan rayap.

Selain itu, kayu penghias teras yang berfungsi sebagai penahan angin yang berada di bagian depan bangunan istana tersebut juga banyak yang patah akibat lapuk termakan rayap.

Kondisi itu menyebabkan Istana Niat Lima Laras tidak menarik lagi untuk dikunjungi wisatawan, kata mantan anggota DPRD Kabupaten Asahan tersebut.

Selain itu, kata dia, kondisi halaman istana tersebut juga kurang terawat sehingga banyak ditumbuhi lalang dan rumput yang cukup tinggi.
Kondisi itu diperparah dengan kondisi prasarana transportasi yang buruk sehingga semakin mengurangi niat masyarakat lokal maupun dari luar negeri untuk mengunjungi istana tersebut.
Bahkan, jembatan yang menjadi satu-satunya prasarana yang menghubungkan Desa Lima Laras dan desa-desa lain di sekitarnya baru diperbaiki tahun ini.
"Sebelum diperbaiki, hampir tidak ada orang yang berani melintas jembatan itu kalau tidak karena sangat terpaksa," katanya.
Ia mengharapkan Pemkab Batubara memperbaiki Istana Niat Lima Laras itu agar kembali menarik perhatian wisatawan untuk berkunjung.
Malah, ia mengusulkan agar dinding dan tiang bangunan Istana Niat digantikan dengan keramik sehingga tidak dimakan rayap lagi.

Istana Lima Laras adalah sejarah yang terlupakan. Namanya kalah tenar ketimbang Istana Maimun di Medan. Walau tidak kokoh benar, Istana Lima Laras masih berdiri di Desa Lima Laras, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara, Sumatra Utara.

Sepintas dari depan terlihat warna hijau bangunan istana sudah kusam. Istana berlantai empat yang dibangun pada 1912 itu sudah lapuk dimakan zaman. Oleh karena itu, dalam brosur pariwisata Sumatra Utara, Istana Lima Laras tidak tercantum lagi sebagai salah satu objek wisata.

Istana yang berada di atas tanah seluas 102 x 98 meter ini dibangun Datuk Matyoeda, Raja Kerajaan Lima Laras XII, putra tertua raja sebelumnya, Datuk H Djafar gelar Raja Sri Indra. Semula istana ini bernama Istana Niat, karena rencana pembangunannya berdasarkan niat Matyoeda untuk mendirikan sebuah istana kerajaan. Sebelumnya pusat pemerintahan kerajaan Lima Laras yang tunduk pada Kesultanan Siak di Riau dan diperkirakan sudah ada sejak abad XVI, sering berpindah-pindah karena belum punya istana permanen.

Sesungguhnya bangunan istana ini, sangat mengagumkan. Semua bahan yang dipakai terdiri dari kayu yang diukir sedemikian rupa. Semua dinding, jendela, pintu, bentuknya sangat unik dan menakjubkan karena penuh dengan lukisan dan ukiran yang cantik.

Niat Datuk Matyoeda untuk mendirikan istana bermula dari keputusan Belanda yang melarang para raja berdagang. Tidak jelas alasan larangan ini. Matyoeda yang kerap berdagang ke Malaysia, Singapura dan Thailand dan memiliki kapal besar tentu saja gusar. Apalagi pada saat keputusan keluar, beberapa armada dagangnya sedang berlayar ke Malaysia. Dengan adanya larangan ini, nasib kapal bersama isinya itu tidak terjamin lagi. Bisa disita Belanda setibanya kembali di Asahan, atau bisa tetap tinggal di Malaysia yang dulu masih bernama Malaka.

Matyoeda berniat, jika dagangan terakhirnya selamat, hasilnya akan digunakan membangun istana. Rupanya kapalnya kembali dengan selamat. Maka dia kemudian membangun istana itu dengan biaya 150.000 gulden dan memimpin langsung pembangunan istana dengan mendatangkan 80 orang tenaga ahli dari China dan Pulau Penang, Malaysia serta sejumlah tukang dari sekitar lokasi pembangunan istana. Matyoeda bersama keluarga dan unsur pemerintahannya mendiami istana sejak 1917, walaupun pada saat itu istana masih belum rampung. Waktu wafatnya pada 7 Juni 1919, sekaligus penanda berakhirnya masa kejayaan kerajaan Lima Laras. Tahun 1942 tentara Jepang masuk Asahan dan menguasai istana.

Kekuasaan Jepang di Indonesia sejak Maret 1942 hingga 1945 mengakibatkan keadaan yang semakin carut-marut. Tiga hari setelah jatuhnya bom di Hiroshima, Soekarno memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Di saat yang sama pula, diumumkanlah pemerintah Republik Indonesia dengan Soekarno sebagai Presiden dan Mohammad Hatta sebagai Wakilnya. Dengan demikian, dimulailah revolusi republik di seluruh wilayah Indonesia. Sebagian raja dan kesultanan dihabisi para kaum nasionalis dan bala tentara Jepang.

Keluarga Kesultanan Deli dan Serdang terselamatkan berkat penjagaan tentara Sekutu yang sedang bertugas di Medan untuk menerima penyerahan dari Jepang. Sementara di Serdang, beberapa orang keluarga raja sedari awal telah mendukung rakyat menentang Belanda.

Akan tetapi, di Langkat, Istana Sultan dan rumah-rumah kerabat diserang dan rajanya dibunuh bersama keluarganya termasuklah penyair besar Indonesia, Tengku Amir Hamzah yang dipancung di Kuala Begumit.

Keganasan yang paling dahsyat terjadi pada bulan Maret 1946 di Asahan dan di kerajaan-kerajaan Melayu di Labuhanbatu seperti Kualuh, Panai dan Kota Pinang. Di Labuhanbatu, daerah yang paling jauh dengan Kota Medan tidak dapat dilindungi asukan sekutu. Istana raja dikepung dan raja-rajanya pun dibunuh seperti Yang Dipertuan Tengku Al Haji Muhammad Syah (Kualuh), Sultan Bidar Alam Syah IV (Bilah), Sultan Mahmud Aman Gagar Alam Syah (Panai) dan Tengku Mustafa gelar Yang Dipertuan Besar Makmur Perkasa Alam Syah (Kota Pinang).

Masa Agresi Militer II, istana Lima Laras kembali ke tangan Republik dan ditempati Angkatan Laut Republik Indonesia di bawah pimpinan Mayor Dahrif Nasution.

Istana Lima Laras yang menghadap selatan itu memiliki empat anjungan di ke empat arah mata angin. Di depannya ada bangunan kecil tempat dua meriam berada. Hampir keseluruhan bangunan berarsitektur Melayu, terutama pada model atap dan kisi-kisinya. Akan tetapi ada juga beberapa bagian istana berornamen China. Kecuali batu bata, bahan bangunan seperti kaca untuk jendela dan pintu didatangkan dari luar negeri.

Lantai pertama yang terbuat dari beton, dilengkapi balai rung atau tempat bermusyawarah. Di lantai dua dan tiga terdapat kamar-kamar dengan ukuran sekitar 6 x 5 meter. Total, istana ini memiliki 28 pintu dan 66 pasang jendela. Untuk naik ke tingkat dua dan tiga, selain tangga biasa di bagian luar, ada tangga berputar dengan 27 anak tangga dari bagian dalam.

Jika berkunjung ke istana itu sekarang ini, jangan bayangkan masih bisa melihat tangga putar itu masih utuh. Beberapa anak tangga sudah hilang dan bagian tengah telah putus karena lapuk. Jangan berharap juga bisa melihat bekas singgasana atau peralatan tanda kemegahan kerajaan itu pada masa lampau.

Sebagian besar perlengkapan istana sudah hancur atau raib. Datuk Muhammad Azminsyah, 62, salah seorang cucu Datuk Matyoeda, beruntung masih menyimpan beberapa barang pusaka perlengkapan istana. Seperti tempayan besar dengan ukiran naga, sejumlah barang pecah-belah, dua buah pedang dan sebuah tombak. Barang itu disimpan di rumahnya yang berjarak sekitar 100 meter dari istana. Istana Lima Laras sekarang ini memang tengah dalam tahap perbaikan. Lantai satu dan dua bagian belakang istana sudah diperbaiki dan dicat.

Perbaikan kecil itu sifatnya hanya menunda kehancuran, sebab bangunan utama di bagian depan masih berantakan. Dinding-dinding sudah bercopotan papannya, demikian juga atap dan lantai. Beberapa tiang penyangga yang terbuat dari kayu pun bernasib serupa. Menurut Maddin, 70, yang sehari-hari menjaga istana tersebut, biaya perbaikan itu berasal dari pihak keluarga. "Bantuan pemerintah sudah lama tidak ada. Kalau hari-hari libur seperti lebaran, ada tambahan biaya perbaikan dari kutipan masuk Rp500 per orang," kata Maddin.

Renovasi terakhir yang dilakukan pemerintah tahun 1980-1981 dengan biaya Rp234 juta, saat masih dikelola Kanwil Depdikbud Sumut. Setelah diserahkan ke Pemda Asahan sejak 14 September 1990, praktis tidak ada perbaikan apapun lagi. Padahal upaya melestarikan istana sangat penting mengingat sejarah dan nilai budaya yang dikandungnya. Istana Lima Laras tidak dihuni lagi. Malam hari, tidak ada penerangan berarti. Halaman istana juga ditumbuhi semak yang tingginya bisa mencapai satu meter lebih.

Inilah peninggalan raja-raja tempo dulu, yang kini sulit dilestarikan, karena pemerintah sama sekali kurang memerhatikan cagar budaya nasional. Budaya, sesungguhnya bisa dijual untuk kepentingan bangsa dan negara, lewat wisata budaya yang ditinggalkan para sultan atau raja-raja tempo doeloe.

Baca juga ini

Rabu, 28 April 2010

Resep ayam penyet

Rabu, 28 April 2010 0

bahan yang perlu anda sediakan
  • 1/2 kg ayam yang berkulit
  • Minyak untuk menggoreng
  • 1/4 sdt merica bubuk
  • 100 ml air

Bumbu yang dihaluskan :
  • 2 siung bawang putih
  • 1/2 sdt garam
  • 1/4 sdt ketumbar
  • Sedikit kunyit bubuk

Sambal :
  • 1/2 buah tomat
  • 1/4 sdt garam
  • 1/2 sdt gula pasir
  • 5 cabai rawit merah
  • terasi secukup nya


Cara membuat:
Campur ayam dengan bumbu halus, merica bubuk dan air. Masak dalam wajan tertutup sampai air habis, Dinginkan.
Ulek garam, terasi, gula dan cabai rawit merah, kemudian tambahkan potongan tomat,tekan-tekan supaya tomat agak hancur.
Goreng ayam dalam minyak panas sampai agak kering.
Panas-panas, taruh ayam dalam cobek, tekan dengan ulekan.
Hidangkan dengan nasi panas dan lalapan.

jadi lapar niih...

baca juga yang ini

Rabu, 21 April 2010

TIDAK PAKAI CELANA DALAM DIMALAM HARI

Rabu, 21 April 2010 0

Untuk kalangan wanita, tanpa memakai celana dalam di malam hari merupakan hal yang baik untuk kesehatan alat vital. hanya saja jangan sampai mengundang birahi yang bukan suami anda. ini ada sejumlah tips untuk merawat celana dalam .

  1. baca label perawatan yang tertera di celana dalam yang baru dibeli .
  2. sebaiknya jangan mencuci celana dalam dengan mesin karena akan membuar karet dan bahannya menjadi melar .
  3. jangan gunakan deterjen karena akan mengubah sifat bahan dan elastisitas. jadi cukup gunakan sabun lembut atau sabun mandi.
  4. keringkan ditempat teduh
  5. tak pakai celana dalam memang risih, tapi melepas celana dalam di malam hari membuat kulit punya kesempatan bernapas.

setelah seharian ditutupi denagn celana dalam, maka kalau malam dilepas, malah daerah disekitar vagina jadi lebih sehat. jika anda merasa risih pakai saja celana piama yang panjang dan longgar atau dater panjang. sarung juga bagus.
 
Bisnis kuliner dan budaya ◄Design by Pocket, BlogBulk Blogger Templates